Posted in Kata Orang ini Cinta, Lesson Learnt, Renungan

Angkot

Lama ndak tilik blog. Kangen sama temen2.

Mau cerita selama dua minggu pertama njajal urip di Jepara, saya merasakan nano-nano. Adaptasi pol-polan. 😆

Kalau di Jakarta saya biasa pake sepatu karet harga 15 ribu  jalan 6 km setiap hari, kali ini saya invest sepatu yang nguwongi karena seringnya dapet mandat untuk datengin pertemuan2 😀 😆 *ngguaya to saya*

Kalau di Jakarta biaya makan sangat sederhana adalah Rp5000 (nasi+tahu goreng+sayur) maka di Jepara saya sudah bisa makan siang nasi+sup ayam+ mendoan+bakwan+teh anget seharga Rp4500. Mulialah hidup saya.

Yang paling menyenangkan adalah,,, saya naik angkot dan bus supermini (lebih kecil dari metromini) tanpa ngadepin macet. Dan yang menarik biasanya, penumpang angkot saling kenal, mereka saling ngobrol, tentang keluarga yang sakit, tentang upah kerja, tentang kondisi pasar. Ini yang tak saya temui di Jakarta. Di mana penumpang angkutan umum kalau ndak teman dekat ya gak ngobrol.

Saya ngerasa jiwa saya anget tiap pagi karena ketemu sama bakul yang pulang kulakan dari pasar, mbak-mbak ngamplas meubel dari yang menor sampai yang sederhana tampilannya, supir angkot yang baik hati mau nunggu saya beberapa menit biar saya ndak ketinggalan angkotnya. Rumangsa luwih aqrob dengan mereka, dan mengamati mereka itu saya juga sinahu. Sinahu tentang urip,,, di angkot. 😀 😀 😆

Matur nuwun Gusti…. 🙂

Author:

Chocolate and coffee lover who love to smile and ngangsu kawruh.

19 thoughts on “Angkot

  1. Bakal jadi warming routine baru tuh mba’…
    Tiap pagi mba’Yu tak bayangin mesam-mesem dewe diangkot / bus supermini liat orang-orang lalu lalang & ngobrol… 😀

Leave a reply to indra kh Cancel reply